1. Kekerasan pada anak, pengamat: 60% dipengaruhi gadget
Kekerasan
yang dilakukan kepada anak sudah sering terjadi, menurut pengamat pada berita
ini kekerasan dipengaruhi oleh gadget sebanyak 60%, padahal masih banyak
penyebab lainnya yang dapat mengakibatkan kekerasan pada anak, pada berita ini
tidak dijelaskan seberapa lama pengamat melakukan pengamatan dan tidak
dibandingkan dengan pengamat lainnya. Jika dibandingkan dengan pengamat yang
lain ada kemungkinan angka 60% dipengaruhi oleh gadget bisa saja berubah dengan
adanya penyebab lainnya yang lebih mengakibatkan kekerasan. Pengamat menyebut
60% dipengaruhi oleh gadget hanya berdasarkan riset pada tahun 1990 karena anak
sering menonton TV, video game, dan media sosial lainnya, sedangkan pada tahun
2015 menurut ketua umum komisi nasional perlindungan anak penyebab kekerasan
pada anak karena ada faktor bawaan seperti anak tersebut memang hiperaktif,
faktor dari ketidaktahuan orang tua, maupun ketidaktahuan guru sebagai pendidik
anak.
Judul
pada berita ini tidak jelas siapa yang melakukan kekerasan kepada anak, pembaca
akan mengasumsikan pelaku kekerasan adalah orang yang lebih tua karena pada
gambar terlihat dua orang anak mengalami kekerasan oleh orang yang lebih tua,
namun setelah dibaca pada bagian isi berita, ternyata yang melakukan kekerasan
adalah teman sebaya pada anak sekolah dasar. Judul dan gambar pada berita
tersebut tidak menunjukkan secara jelas isi berita.
2. ML Ditangkap
karena Ngamuk di McD Sarinah, Polisi: Dia Sering Bikin Onar
Pada judul berita terdapat dua kalimat yang memiliki
makna berbeda yang dibuat seakan memiliki hubungan. Judul berita tersebut tidak
mengunakan aturan bahasa yang sesuai dengan kaidah EYD. Posisi gambar pada
berita ini diambil miring sehingga terlihat pada gambar tesebut hanya memfokuskan
pada titik-titik kejadian tidak meperlihatkan secara luas tempat kejadiannya. Setelah
membaca berita ini, diketahui bahwa ML adalah preman yang sudah sering kali melakukan aksi premanisme di kawasan kuliner
Sabang dan Thamrin. Tidak hanya pedagang kaki lima, sejumlah swalayan 24 jam
juga sering dipalak. Dalam berita ini tidak terdapat penjelasan alasan
ML mengamuk di McD Sarinah. Pada berita tersebut dikatakan bahwa ML sudah
sering membuat onar namun kenapa baru sekarang ML ditangkap oleh polisi tidak
dijelaskan pada berita tersebut.
Fenomena preman di Indonesia mulai
berkembang pada saat ekonomi semakin sulit dan angka pengangguran semakin
tinggi. Akibatnya kelompok masyarakat usia kerja mulai mencari cara untuk
mendapatkan penghasilan, biasanya melalui pemerasan dalam bentuk penyediaan
jasa yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Preman sangat identik dengan dunia
kriminal dan kekerasan karena memang kegiatan preman tidak lepas dari kedua hal
tersebut. Premen
pada umumnya membekali dirinya
dengan senjata dan tak kenal kompromi, yang ada di hadapan mereka hanyalah
kerusuhan, bentrok dengan aparat keamanan, merusak fasilitas umum, dan
menciptakan instabilitas. Menurut
Guru Besar Universitas al-Azhar Mesir, Prof Mahmud Mahni, hanya satu solusi
mengatasi premanisme, yakni sanksi yang tegas. Ada tiga opsi hukuman yang bisa
dijatuhkan kepada para preman. Sanksi itu tak lain ialah ganjaran bagi para
pelaku kerusakan, yaitu hukuman mati, potong kaki dan tangan, dan pengasingan
mereka.
3. Mengkritisi berita –
Heboh, Dokter dan Perawat Sibuk Selfie Tangani Pasien Sekarat
Tenaga kesehatan dituntut untuk menjadi pekerja yang
professional karena berhubungan dengan nyawa pasiennya. Kejadian seperti judul
berita tersebut jelas menghebohkan pembacanya karena bertolak belakang dengan
fakta yang seharusnya. Ekspresi ceria dari foto yang tampak pada berita
mendukung keyakinan pembaca bahwa judul berita tersebut benar terjadi. Dari isi
berita dijelaskan lokasi rumah sakit tanpa penggunaan nama samaran yang
menandakan adanya pihak yang sengaja menurunkan citra suatu rumah sakit. Namun
pembaca perlu memerhatikan bahwa suatu berita belum tentu sesuai dengan
kenyataan di tempat kejadian. Terdapat kemungkinan bahwa penulis ingin
menurunkan citra profesi tenaga medis dan juga rumah sakit daerah tersebut dengan
membuat berita yang meyakinkan. Terlihat dari foto yang ada, foto tersebut
bukanlah foto selfie melainkan foto
yang diambil oleh seseorang yang mungkin saja meminta gambar pada tenaga medis
saat menangani pasien dan seseorang tersebut meminta tenaga medis tersebut
untuk tersenyum agar terkesan ceria. Terdapat kemungkinan juga foto diambil
atas persetujuan dari pasien. Pada dasarnya foto tersebut tidak dapat
membuktikan bahwa tenaga kesehatan sedang menangani pasien gawat darurat yang
mengalami luka bacokan seperti dijelaskan dari isi berita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar